News Pasangkayu –Nusa Tenggara Timur, sejak akhir pekan lalu berujung pada banjir bandang yang melanda beberapa kecamatan. Akibatnya, ratusan rumah terendam, sejumlah jembatan putus, dan ribuan warga harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do, secara resmi menetapkan peristiwa ini sebagai status darurat bencana. Keputusan tersebut diambil setelah meninjau langsung lokasi terdampak dan menerima laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Hujan Deras dan Luapan Sungai
Banjir bandang dipicu oleh curah hujan ekstrem selama lebih dari delapan jam, yang menyebabkan meluapnya Sungai Aesesa dan beberapa anak sungai di sekitarnya. Arus deras membawa material lumpur, batu, dan kayu gelondongan hingga menerjang pemukiman warga.
“Air datang tiba-tiba, sangat cepat, seperti dinding yang menghantam rumah-rumah,” kata Maria, seorang warga Desa Aeramo, yang rumahnya rata dengan tanah setelah terseret arus.Sejumlah desa di Kecamatan Aesesa Selatan dan Nangaroro tercatat paling parah terdampak. Selain rumah, fasilitas umum seperti sekolah, gereja, dan pasar ikut terendam lumpur setinggi 50–80 sentimeter.
Korban dan Kerugian Material
Berdasarkan data sementara BPBD Nagekeo, hingga Senin malam tercatat 3 orang meninggal dunia, puluhan orang luka-luka, serta lebih dari 2.500 jiwa mengungsi ke balai desa, sekolah, dan rumah kerabat.
Kerugian material diperkirakan mencapai puluhan miliar rupiah. Beberapa ruas jalan provinsi putus, jembatan penghubung antar-desa ambruk, serta sawah dan ladang pertanian terendam banjir.
“Kami masih melakukan pendataan. Fokus utama saat ini adalah menyelamatkan warga yang masih terjebak dan memastikan kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi,” ujar Kepala BPBD Nagekeo, Yohanes Rihi.
Baca Juga: Kader Gerindra Memadati Rumah Prabowo di Kertanegara Usai Reshuffle Kabinet
Status Darurat Bencana
Penetapan status darurat bencana memungkinkan pemerintah daerah mengakses dana tanggap darurat serta mengerahkan seluruh sumber daya untuk penanganan cepat.
“Dengan status ini, kami bisa lebih cepat berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat, termasuk TNI, Polri, serta lembaga kemanusiaan,” jelas Bupati Johanes Don Bosco Do.
Ia menambahkan, pemerintah daerah sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengirimkan bantuan logistik berupa tenda, makanan siap saji, air bersih, serta obat-obatan. Meski bantuan mulai berdatangan, akses menuju desa-desa terdampak masih terhambat. Jalan utama menuju Kecamatan Nangaroro tertutup lumpur dan longsor. Kondisi ini memaksa tim evakuasi menggunakan perahu karet untuk menembus lokasi.
“Kami kesulitan menyalurkan logistik karena jalan banyak yang terputus. Beberapa desa hanya bisa dijangkau lewat jalur sungai,” kata Komandan Kodim 1625 Ngada, Letkol Inf. Eko Prasetyo, yang turut memimpin evakuasi.
Selain logistik, persoalan kesehatan mulai muncul. Sejumlah pengungsi dilaporkan menderita diare dan infeksi saluran pernapasan akibat kondisi tenda pengungsian yang padat dan lembap.









